Selasa, 22 September 2009

HANCURNYA INDONESIA, HANCURNYA AHLUSUNNAH WAL JAMA'AH

Corak tasawuf yang mewarnai dakwah Wali Songo memberikan dampak positif terhadap penerimaan penduduk lokal terhadap agama Islam. Ciri tasawuf yang menekankan aspek batiniah memberi warna humanistik dalam penyampaian ajaran Islam kepada masyarakat jawa yang beragama Hindu-Budha, yang kental dengan kebatinan. Mereka mampu menyerap dengan cepat dakwah Wali Songo karena menganggap agama Islam tak jauh berbeda dengan agama Hindu-Budha.

Hindu dan Budha jelas berbeda dengan Islam, akan tetapi Wali Songo dengan kreatif secara perlahan berhasil memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam tradisi dan ritual masyarakat Jawa, karena itulah mereka menganggap agama Islam tak jauh berbeda dengan agama Hindu-Budha. Barangkali casing tidak begitu penting bagi Wali Songo, yang penting adalah isi dari ajaran Islam itu sendiri. Pada intinya Wali Songo berhasil mewarnai Islam yang datang dari Arab dengan kultur lokal.

Wali Songo dan para penyebar Islam lainnya di nusantara, nenek moyang mereka berasal dari Hadromaut. Dan rata-rata mereka adalah para Sayid. Berkat uletnya dakwah para Sayid dari Hadromaut ini berdirilah kerajaan-kerajaan besar Islam di nusantara. Seperti Demak, Cirebon, dan Banten di Jawa; Samudera Pasai di Aceh; Gowa tallo di Sulawesi; Banjar di Kalimantan; dan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku. Setelah itu berturut-turut berdiri kerajaan Islam lainnya, meskipun kecil namun memberikan sumbangish yang besar terhadap penyebaran agama Islam di Nusantara.

Seluruh kerajaan Islam di nusantara tersebut beraliran Ahlusunnah wal Jama’ah yang karakter khasnya adalah moderat, ramah dengan dengan tradisi lokal, serta menerima tasawuf dan tarekat. Bahkan berdasarkan beberapa hasil penelitian, tarekat telah lama masuk ke nusantara, yakni pada sekitar abad 15 dan 16. Berdasarkan penelitian inilah disimpulkan masuknya Islam ke Nusantara bercorak tasawuf.

Kita tak dapat membayangkan, seandainya Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam versi Wahabi (Islam jenggot dan celana ngatung), Islam yang anti dengan tradisi local, saya menjamin agama Islam tak akan menjadi agama mayoritas bangsa Indonesia. Bahkan mungkin tak pernah ada agama Islam di Indonesia ini. Dalam sejarah perkembangan Wahabi, mereka tak pernah meng-islamkan orang non-muslim. Faktanya, mereka justru meng-islamkan orang Islam (yang mereka tuduh telah musyrik).

Ahlusunnah wal jama’ah adalah faham yang digenggam oleh umat Islam Indonesia sejak dahulu kala, sejak pertama kali agama ini masuk ke Nusantara. Perayaan maulid, pembacaan barzanji dan sebagainya, tarekat, tahlil, dan lainnya berupa tradisi keagamaan di kalangan Ahlusunnah wal jama’ah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia.

Karakter ahlusunnah wal jama’ah yang moderat, lembut, dan toleran membuat pemeluk agama lain dapat hidup dengan harmonis bersama umat Islam. Karena itu, dalam pandangan saya wajib hukumnya mempertahankan NKRI dari upaya-upaya yang ingin memecah belah bangsa ini. Wajib hukumnya mempertahankan Pancasila. Wajib hukumnya mempertahankan merah putih. Mengapa? Karena Indonesia-lah yang menjaga eksistensi Ahlusunnah wal jama’ah. Hancurnya Indonesia berarti hancurnya Ahlusunnah wal jama’ah…

AGENDA YAHUDI DIBALIK KAMPANYE WAHABI

“Tidaklah beriman salah seorang dari kamu

sebelum aku lebih dia cintai melebihi (cintanya) kepada orangtuanya, anaknya, dan manusia keseluruhan” (HR. Bukhori)

Banyak riwayat menceritakan berbagai macam ekspresi cinta para sahabat kepada Rasulullah saw. Ada kisah sahabat yang gelisah bila sehari tidak melihat wajah beliau yang mulia; ada juga kisah beberapa sahabat yang rela tubuhnya menjadi tameng hidup beliau saat perang Uhud; ada kisah para sahabat yang berebut untuk mendapatkan sesuatu yang melekat dan keluar dari tubuh beliau: ludah beliau, rambut beliau yang rontok, bahkan hingga air seni beliau; ada juga kisah sahabat Abu Bakar yang rela menahan sakit berjam-jam akibat digigit ular karena takut membangunkan beliau yang tidur dipankuannya; ada kisah Sayidina Ali yang rela menggantikan Rasulullah saw tidur di pembaringannnya padahal malam itu rumah beliau sedang dikpung oleh pemuda-pemuda Quraisy yang berniat membunuh beliau; serta masih banyak kisah-kisah para sahabat yang mengagumkan lainnya, yang menunjukkan ekspresi cinta mereka kepada kekasih, junjungan, dan penuntun mereka.

Karena itu, faktor utama keberhasilan dakwah umat Islam awal ialah kecintaan mereka kepada Rasulullah saw. Kebalikannya berarti, faktor utama kekalahan umat Islam ialah menipisnya kecintaan mereka kepada Rasulullah saw. Dan faktor ini (menipisnya kecintaan kepada Rasulullah saw) ini betul-betul mejadi perhatian dan kajian serius kaum Yahudi, yang sepanjang sejarah senantiasa membuat konspirasi terhadap umat Islam. Untuk itu, mereka berusaha mengikis kecintaan umat Islam kepada Rasulullah saw, yakni dengan cara menjauhkan umat Islam dari Rasulullah saw. melalui tangan-tangan pemeluknya sendiri dengan menyebarkan paham bahwa:

· Rasulullah saw hanyalah manusia biasa, yang tidak memiliki kelebihan apapun selain diberi wahyu.

· Rasulullah saw tidak mampu memberi syafaat.

· Tidak boleh menyanjung beliau berlebihan, baik dalam bentuk panggilan, puji-pujian, prosa, syair, dan sholawat yang ditambah-tambahi, karena hal ini mengkultuskan Rasul saw yang berarti syirik.

· Syirik hukumnya bertawassul kepada Rasulullah saw dan para pewarisnya (ulama).

· Ahlul bait bukanlah keluarga dan keturunan beliau, tetapi umatnya secara keseluruhan.

· Menghancurkan situs-situs bersejarah peninggalan Rasulullah saw, makam-makam para sahabat, aulia, dan mujahid-mujahid Islam dengan alasan berpotensi dijadikan sarana syirik. Atau dengan bahasa yang halus, demi perluasan masjidil haram dan masjid nabawi.

· Mencemarkan nasab Rasulullah saw dengan menyatakan kedua orangtua Rasulullah saw adalah penghuni neraka.

Fitnah terbesar umat Islam abad ini berasal dari kaum Wahabi. Dibalik kampanye Wahabi terselubung agenda Yahudi yang ingin menghancurkan agama Islam melalui tangan-tangan pemeluknya sendiri. Persis dengan fitnah yang dilancarkan Abdullah bin Saba pada masa Sayidina Usman dan Ali.

Fitnah berikutnya, mengkampanyekan bahwa Islam lahir di tanah Hijaz (Mekkah, Madinah, dan sekitarnya) serta hingga kini dua kota suci itu menjadi pusat agama Islam di dunia, dengan demikian Islam yang murni adalah Islam yang berada di wilayah di mana dua kota suci itu berada atau Arab Saudi.

Proses tersebarnya paham Wahabi dan kesuksesannya menguasai tanah Hijaz pada abad ke-18 tak lepas dari bantuan Inggris. Muhammad bin Abdil Wahhab dan Muhammad bin Saud (pendiri kerajaan Arab Saudi), yang saat itu menjadi penguasa Dar’iyyah, mendapat bantuan dana melimpah dan persenjataan lengkap dari Inggris (saat itu sebagian besar timur tengah, kecuali Hijaz, menjadi jajahan Inggris) guna menghadapi Syarif Husain, gubernur kesultanan Turki Usmani untuk wilayah Hijaz. Tentu, ini ada kaitannya sejarah berdirinya negara Israel di Palestina pada tahun 1948 yang penuh dengan muslihat dan konspirasi antara Inggris (Barat) dan Zionis.

Hijaz merupakan wilayah paling sulit dikuasai oleh Inggris. Beberapa kali pasukan Inggris berhasil dipukul mundur oleh bala tentara Syarif Husain. Akhirnya, Inggris memanfaatkan Ibnu Saud yang disokong penuh oleh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk merebut wilayah Hijaz yang kaya dengan minyak. Dengan dalih memurnikan ajaran tauhid duet Ibnu Saud dan Ibnu Abdil Wahhab akhirnya berhasil menguasai Hijaz.

Motif dibalik penyebuan kaum Wahabi ke wilayah Hijaz sebenarnya bukanlah bertujuan memurnikan tauhid, tetapi karena kekayaan alam tanah Hijaz yang penuh dengan minyak bumi. Berbanding terbalik dengan daerah Dar’iyyah yang sama sekali tidak memiliki sumber minyak. Terbukti, sumur-sumur minyak bumi di seluruh Saudi, yang mengandung jutaan barel, sampai saat ini di eksplorasi oleh perusahaan-perusahaan minyak Amerika dan Inggris yang keuntungannya dibagi bersama dengan keluarga kerajaan Arab Saudi. Tentu saja pembagiannya lebih besar untuk perusahaan-perusahaan Amerika dan Inggris. Karena itu, jangan heran bila keluarga kerajaan Arab Saudi hingga kini selalu masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia.

Mengapa rakyat Saudi diam saja melihat perselingkuhan pemimpinan mereka dengan Amerika dan Inggris (baca: barat)? Jawabnya, karena mereka telah dimanjakan oleh keluarga kerajaan yang memberi mereka keluasan pekerjaan dan kelapangan dalam bidang ekonomi. Akan tetapi, sebenarnya bukan faktor itu saja yang membuat mereka bungkam, fatwa dari mufti-mufti dan ulama-ulama kerajaan Saudi yang mengharamkan dan menyatakan bughot mengkritik kebijakan kerajaan juga berperan besar. Ulama-ulama Wahhabi senantiasa mendukung kebijakan pemerintah Saudi berdasarkan pemahaman tekstual ayat “athi’ullah wa athi’urrosul, wa ulil amrin minkum”. Tentu kita masih ingat fatwa Syekh Abdul Aziz bin Baz, mufti kerajaan Arab Saudi, pada saat berkecamuk Perang Teluk I tahun 1992, yakni dia mengeluarkan fatwa yang membuat sakit umat Islam seluruh dunia. Apa fatwanya? “Wajib hukumnya mendatangkan pasukan Amerika ke tanah haram, untuk melindunginya dari serbuan aggresor Saddam Husein”.

Herannya, meskipun Wahabi menolak sikap taqlid kepada imam-imam mazhab, akan tetapi pada keanyataannya, para pengikut Wahhabi taqlid total kepada fatwa ulama-ulama mereka. Menurut saya, mereka memang tidak melestarikan taqlid, tetapi membudayakan fanatisme.. ha… ha… ha...

Hati-hati virus Wahabi menggerogoti Indonesia….!!!

Senin, 21 September 2009

Makna Rahmatan Lil 'Alamin

"Wa maa arsalnaaka illa rohmatan lil 'alamin",
tidaklah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai (kasih sayang Aku) kepada seluruh alam.

Dalam ayat tersebut, terungkap, motif pengutusan Rasulullah saw ke dunia ini sebagai manifestasi kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Allah mengutus Muhammad ke dunia ini karena Dia amat sayang kepada makhluk-Nya. Rasulullah saw datang ke dunia ini membawa tuntunan Ilahi, supaya menjadi pedoman manusia dan jin untuk mencapai ridho-Nya di dunia dan akhirat, sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. "Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah (menyembah) kepada-Ku", demikian firman Allah.
Artinya, segala macam tuntunan Allah, baik berhubungan dengan keyakinan kepada Allah (akidah), tekhnis penyembahan kepada Allah dan tekhnis berhubungan dengan sesama (syari'at), maupun tekhnis pengelolaan batin agar senantiasa tertuju kepada Allah (ihsan) , yang disampaikan Nabi Muhammad merupakan wujud kasih sayang Allah pada mereka. Hukum-hukum syari'at diturunkan, manfaatnya bukan untuk Allah, tetapi untuk manusia sendiri. Pasalnya Allah tidak butuh hamba-hamba-Nya, tetapi hamba-hambalah yang butuh kepada-Nya. Allah memerintahkan hamba melakukan sesuatu atau melarang melakukan sesuatu adalah karena Dia sayang kepada hamba-Nya. Persis (ini hanya pelogikaan, karena Allah tidak sama dengan makhluk-Nya) seperti perintah dan larangan orangtua kepada anaknya. Perintah dan larangan Allah, bila kita pahami sebagai perintah atau larangan, bukan kita pahami sebagai ekspresi kasih sayang Allah kepada kita, maka kita tidak ada bedanya dengan anak kecil yang memahami perintah dan larangan orangtua sebagai bentuk pengekangan dan pemenjaraan kebebasan dirinya. hal ini berarti cara berpikir kita masih kanak-anak, masih bodoh.
Allah tidak pernah memerintah kita atau melarang kita, karena Dia telah berfirman "kebenaran datangnya dari Tuhanmu, apabila mau silahkan kufur dan apabila mau silahkan iman". Allah tidak memerintah dan melarang kita, tetapi Allah sayang kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya. Wujud kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia tidak ingin hamba-hamba-Nya hancur/rusak/sesat, karena itulah Dia mengutus kekasih-Nya, Muhammad saw, kepada seluruh alam untuk menunjukkan mereka ke jalan yang benar. sebab jika diperhatikan dan diteliti secara mendalam dengan menggunakan pikiran jernih tanpa ada unsur hawa nafsu, setiap larangan pasti mengandung dampak negatif bagi manusia. Seperti larangan membuka aurat bagi wanita, misalnya, yakni agar mereka terhindar dari pandangan-pandangan liar dan pelecehan seksual yang ujung-ujung menggiring pada perzinahan dan perkosaan.
Dengan kita memahami perintah dan larangan Allah sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada kita, maka kita dapat melaksanakan perintah atau menjauhi larangan Allah dengan perasaan cinta (mahabbah). Dari sinilah akan tibul keikhlasan dalam menyembah Allah. Logikanya, Allah menyayangi dan mencintai kita maka harus kita balas dengan cinta dan sayang pula. Rabi'ah al-'Adawiyah dalam salah satu munajatnya berkata "Ya Robb, bila aku beribadah kepada-Mu mengharapkan surga-Mu, lemparkan aku jauh-jauh dari surgamu. Dan jika aku beribadah kepada-Mu karena takut siksa-Mu, masukkan aku dalam-dalam ke neraka-Mu. Aku tidak mengharapkan apapun dari-Mu selain cinta-Mu". Inilah esensi cinta...

Minggu, 20 September 2009

lebaran seremonial

Dalam setiap idul fitri yang sudah-sudah, aku melihat (entah bagaimana dengan penglihatan anda!), ia hanya menjadi sebuah perayaan seremonial. Pagi-pagi berangkat melaksanakan sholat id, setelah itu dilanjutkan dengan tradisi bermaaf-maafan. Kata maaf hanya meluncur dari bibir, tidak betul-betul dari relung hati yang paling dealam untuk meminta maaf, atau untuk memaafkan..