Rabu, 20 Januari 2010

Maulid, momentum kebangkitan

Hanya 23 tahun Rasulullah saw. berdakwah kepada masyarakat Arab. Menakjubkan, dalam waktu yang sesingkat itu beliau berhasil mengislamkan seluruh semenanjung Arab. Beliau sukses mengubah bangsa Arab dari bangsa yang biadab menjadi bangsa yang beradab; dari bangsa yang terbelakang menjadi bangsa yang memimpin peradaban dunia selama berabad-abad; dari bangsa yang terpecah dalam suku-suku dan kelompok-kelompok yang saling bertikai satu sama lainnya menjadi sebuah bangsa yang bersatu dalam dalam ikatan politik dcan ukhuwah islamiah yang kokoh.

Dalam masa yang minim tersebut, beliau juga telah sukses mencetak kader-kader yang tangguh, militan, dan ikhlas dalam meneruskan dakwah Islamiah. Lahir dari didikan beliau pemimpin-pemimpin besar, penakluk-penakluk hebat, dan ilmuwan-ilmuwan ulung yang membawa Islam ini menguasai hampir separuh dunia serta membawa peradabannya yang agung memimpin peradaban dun ia selama berabad-abad.

Apa rahasia kesuksesan Rasulullah saw.?

Menelaah biograpi kehidupan Rasulullah saw sejak lahir hingga wafatnya, ada tiga faktor yang berperan penting atas keberhasilan dakwah beliau: (1) ajaran suci yang dibawa Rasulullah saw. (baca: Agama Islam); (2) pribadi beliau yang berhiaskan akhlakul karimah (akhlak mulia); dan (3) kecintaan yang begitu besar sahabat-sahabat beliau kepada beliau.

Ajaran suci berupa ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. yang mencakup akidah, hukum syariat, dan etika telah membuka mata dan pikiran bangsa arab bahwa kebudayaan dan sistem keyakinan yang mereka genggam dan yakini selama ini sungguh sangat rapuh untuk dipertahankan, karena tidak sesuai dengan garis fitrah manusia dan akal sehat. Nabi Muhammad saw., berdasarkan perintah Allah dalam Alquran, menyeru kepada orang-orang gurun itu supaya hanya menyembah Tuhan yang Satu, yang menciptakan alam semesta dan yang mengatur kehidupan. Beliau saw. menganjurkan mereka untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengangkat derajat kaum wanita, menyantuni kaum fakir, miskin, dan anak-anak yatim yang selama ini direndahkan dan disia-siakan. Beliau saw. menyatakan kepada mereka bahwa manusia dibedakan berdasarkan ketakwaannya kepada Tuhan, bukan berdasarkan keturunan, kedudukan, dan harta yang dimiliki yang selama ini hidup berdasarkan kelas-kelas tertentu. Beliau saw juga menganjurkan mereka agar menjalankan kegiatan ekonomi secara jujur dan adil yang selama ini penuh dengan kecurangan dan penipuan.
Akhlak dan kepribadian Rasulullah saw. yang sangat mengagumkan memesonakan orang-orang Arab pada waktu itu sehingga mereka tertarik mengikuti beliau. Mereka melihat Rasulullah sebagai orang yang sepanjang hidupnya tak pernah sekalipun berdusta, bahkan karena itulah mereka menjuluki beliau al-amin yang artinya orang yang dapat dipercaya. Dalam hal bertetangga, beliau senantiasa berbuat baik kepada tetangga-tetangganya meski beliau sendiri menerima balasan sebaliknya. Beliau sangat mencintai sahabat-sahabatnya seperti mencintanya dirinya sendiri. Beliau senantiasa membantu sahabat-sahabatnya yang kesulitan dan kekuarangan meski beliau sendiri sangat kurang dan sulit. Beliau lemah lembut kepada siapa saja dan selalu tersenyum kepada siapa saja yang ditemuinya meski orang itu pernah menyakitinya. Beliau tidak pernah marah, membenci, apalagi menaruh dendam kepada siapa. Beliau hanya marah kepada orang-orang yang keras perlawananya kepada Islam. Rasanya tak akan cukup ruang untuk menuliskan segala kepribadian beliau di sini. Cukup firman Allah swt yang mewakili seluruhnya, “Sungguh di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang bagus”.

Loyalitas penuh yang bersumber dari kecintaan yang begitu besar sahabat-sahabat Rasulullah saw kepada Rasulullah saw menjadi senjata ampuh dalam keberhasilan dakwah Islam awal. Para sahabat begitu patuh kepada Rasul mereka dan junjungan mereka, Muhammad saw. Tak sedikitpun mereka membantah apalagi menentang apa yang diperintahkan dan dilarang oleh beliau saw. Mereka mengimani secara penuh dan apa yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah saw tanpa sedikitpun menggugatnya atau memperdebatkannya. Begitu banyak riwayat yang menceritakan para sahabat yang rela mengorbankan apa saja yang mereka miliki untuk membantu dakwah Rasulullah saw, bahkan hingga nyawa sekalipun.

Ketiga faktor di atas tak dapat dipisahkan satu sama lain, ketiganya saling mempengaruhi dan menopang. Kaum muslimin periode awal meletakkan ajaran Islam sebagai landasan dcalam bersikap dan bertindak sementara figur Rasulullah saw dijadikan sebagai model untuk penerapannya. Kedua hal ini kemudian dibungkus dengan kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad saw hingga menjadi spirit dalam perjuangan mereka.

Peringatan maulid Nabi Muhammad saw. merupakan momentum untuk kita mengaktualisasikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kepribadian beliau dalam kehidupan kita sehari-hari, juga sebagai momentum untuk menambah kecintaan kita kepada beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar